1. Timbulnya Orientalisme.
Salahlah
orang yang berpendapat bahwa Orientalisme gerakan ilmiyah yang
tujuannya hanya memperdalam masalah ketimuran saja (kepercayaan, adat
dan peradabannya). Sebenamya
Orientalisme hakekat dan kenyataannya adalah alat Penjajah;
tujuan Orientalisme ini ialah:
"memakai dan
mempergunakan penelitian masalah ketimuran sebagai langkah untuk
menyerang/memerangi Islam, menimbulkan rasa keragu-raguan terhadap
sumber-sumber Islam agar ummat Islam berpaling dari agamanya, agar ummat
Islam jangan sampai pada kemuliaan dan kekuatannya, tetapi hanya
selalu mengekor kepada Barat, dan selalu taqlid masa bodoh dan apatis,
melihat segala macam jenis kejahatan dan kemerosotan di negeri mereka.
Orientalisme ini hakekatnya adalah lanjutan dari perang Salib,
melawan Islam, sebab sebenarnya perang Salib ini belum berhenti,
tetapi hanya mengambil bentuk dan warna yang berbeda, di antaranya
Orientalis.
Orientalis
muncul dengan kedok sebagai para ahli untuk mengadakan riset dan
survey tentang sesuatu bidang ilmu pengetahuan dengan maksud tertentu
untuk memasukkan berbaga macam fitnah, menebarkan isue-isue;
melampiaskan segala isi hatinya dan kedengkiannya terhadap Islam, dan
menulisi Islam dengan pena yang beracun.
Para
Orientalis terang-terangan menolak sistim ilmu Islam yang asli. Ini
berakibat menyimpangnya ummat dari hakekat kebenaran, dan meninggalkan
hukum Islam. Orientalis tidak mungkin membiarkan Islam terlaksana di
tengah-tengah masyarakat.
Para
Orientalis adalah antek-antek penjajah Barat terhadap Negeri-negeri
Timur dan Negeri Islam, karena gerakan Orientalis ini adalah lanjutan
dari Perang Salib dalam bentuk yang lain.
Gerakan
Orientalis berkembang pesat dan sudah sampai berlanjut selama dua
abad, perubahan yang bergerak sebagai salah satu bentuk penjajahan.
Asal kata "Orientalisme" bahasa Arabnya al istisyraaq, mashdar fiil: Istasyraqa. Artinya, "mengarah ke Timur dan memakai pakaian masyarakatnya."
Para
Orientalis (al Mustasyriqun) mendalami bahasa-bahasa Timur sebagai
langkah untuk mengarah ke sana. Masing-masingnya mempelajari satu bahasa
atau bermacam-macam bahasa Timur, seperti bahasa Arab, bahasa Parsi,
bahasa Ibrani, bahasa Urdu, Suryani, Indonesia, Melayu, Cina dan
lain-lain. Sesudah itu mereka mempelajari bermacam-macam ilmu
pengetahuan, kesenian, adab/sastra, kepercayaan masyarakat yang
mempunyai bahasa tersebut di atas dan lain-lainnya. Bahasa Arablah yang
menjadi sasaran utama dari tujuan para Orientalis ini.
Memang
para Orientalis sudah banyak yang mempelajari bahasa Arab, dan menjadi
spesialis dalam ilmu bahasa, seperti ahli Nahwu, ahli Sharaf, ahli
Sastra (Adab) dan ahli Balaghah. Kemudian mereka mulai menjurus pada
ilmu-ilmu Islamiyah, seperti: Aqidah, Syari'ah dan lain-lain, dan
seterusnya menambah Aqidah dan Syari'ah yang murni itu dengan
kebatilan-kebatilan untuk mengaburkan hakekat Islam dan memalingkan
ummat dari agamanya yang menunjukinya ke jalan kemajuan dan kemuliaan.
Tujuan tersebut telah terlaksana dan mempengaruhi kebudayaan
negeri-negeri Islam.
Bukti
yang paling jelas mengenai hubungan Orientalisme dengan penjajahan
yaitu bahwa pasaran Orientalisme sangat pesat di Eropa, Amerika dan
negara-negara yang ada kepentingannya dengan negara Timur umumnya dan
negara-negara Islam pada khususnya. Kesempatan yang lebih luas lagi bagi
Orientalisme di negara-negara jajahan digunakan untuk mengendalikan
peperangan di negara-negara Timur dalam segala bentuknya, yang dikenal
di zaman modern, baik perang bersenjata (militer) maupun perang ekonomi,
politik atau kebudayaan atau perang fikiran. Bahkan hampir tidak
terdapat Kedutaan-kedutaan Negara-negara Penjajah di negeri-negeri Timur
dan negara-negara Islam yang tidak ada di dalamnya. "Orientalis" yang
menduduki posisi/jabatan-jabatan strategis pada kedutaan itu, baik
diplomat atau pegawai biasa.
Sesungguhnya
ikatan Orientalisme dengan penjajah dan antek-anteknya menjadikan
Orientalisme selalu meningkatkan usahanya dalam menyesatkan Islam dan
menggerogoti da'wah Islamiyah. Mereka menggunakan semua alat, dalam
penyesatan tersebut, sebab agama yang maha suci inilah satu-satunya
penghalang yang tangguh dalam menghadapi penjajahan dan perhambaan
kepada selain Allah.
Para
Orientalis mengetahui betul dalam penelitiannya terhadap Islam bahwa
aqidah Islam menanamkan dasar-dasar yang kokoh sesuai dengan fitrah
kemanusiaan, umum dan logis, sesuai dengan akal yang lempang, serta
textnya (nash-nash) yang tegas, di mana tidak memungkinkan bagi akal
(otak) para ahli fikir dan failasuf untuk membatalkan pokok yang satu
ini dari sumbernya, apabila mereka sudah terbiasa dengan manhaj ilmu
yang benar. Justru karena itu sejak dahulu, sejak timbulnya,
Orientalisme selalu menanamkan bibit-bibit penyelewengan terhadap Da'wah
Islam dengan memasukkan kebatilan-kebatilan, dengan kedok penelitian
dan pembahasan ilmiyah yang berselubung.
Dengan
demikian nyatalah bahwa Orientalisme merupakah pelindung musuh-musuh
Islam, Penjajah, Atheis, Zionis dan lain-lain. Di balik nama
Orientalisme ini bernaung apa yang dikatakan penganut faham Komunis yang
berbahaya dan merusak itu, dan para penyokong aliran-aliran atheisme
di zaman modern. Mereka menghimpun segala kemarahan dan kebencian
terhadap Islam; lantaran Islam itu berasaskan Tauhid dan merupakan
Risalah Ilahiyah yang bertitik tolak dan memusatkan segala-galanya
kepada Allah. Semua Rasul Allah selalu memulai da'wahnya terhadap
kaum/ummatnya dengan perkataan: "Sembahlah olehmu Tuhan-mu; tak ada Tuhan selain Dia."
Agama
adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia, yang hakekat fitrah
manusia pun sesuai dengan agama itu, dan Tauhid yang sangat sesuai
dengan jiwa manusia; hanya Iblis dan Syaithanlah yang memalingkan dan
mempengaruhi manusia kepada penyembahan thaghut, patung, batu, syaithan,
api, kuasa manusia, dan lain-lain.
Aqidah
Islam adalah aqidah yang jelas dan tegas, jauh dari keraguan dan
sangkaan serta khayalan (imaginasi). Dengan aqidah yang betul, manusia
mampu mengendalikan hawa nafsunya; dan aqidah inilah yang diperkokoh
oleh akal supaya tetap baik dan sampai pada hakekat yang sebenamya.
Dengan
begitu jelaslah bahwa Orientalisme adalah alat yang dipakai oleh
musuh-musuh Islam yang ingin merusak dan menggerogoti da'wah dan ajaran
Islam yang sangat sesuai dengan fitrah manusia tersebut.
Para
Orientalis berusaha keras memerangi Islam dengan segala cara, gaya dan
dayanya dan dengan berbagai bentuk; karena tujuan mereka
terang-terangan anti dan ingin menghancurkan Islam itu sendiri. Syukur,
Allah selalu melindungi ummat Islam dan menenangkan ummat Islam,
betapapun benci dan lihainya orang kafir.
2. Usaha Orientalisme Dalam Memerangi Islam Dengan Bersenjatakan Ilmu.
Para
Da'i dan Ummat Islam yang antusias terhadap Da'wah Islamiyah patut
sekali mengetahui dan mendalami usaha-usaha yang dilakukan oleh para
Orientalis dalam memerangi Islam sebab mereka itu hakekatnya adalah
musuh Islam yang paling keras.
Mereka
(Orientalis) menjadikan ilmu sebagai alat untuk menggerogoti da'wah
Islam dan bersembunyi di balik topeng-topeng pembahasan dan penelitian
ilmiyah. Sebenarnya mereka itu memasukkan bibit-bibit (benih-benih)
kebatilan terutama sekali ke dalam Syari'ah Islamiyah, masalah-masalah
Fiqih, muamallah dan lain-lain, di mana dengan sengaja mereka membikin
hal-hal yang menyesatkan terhadap Angkatan Muda Islam, yang belajar
kepada mereka, memantapkan serta memberikan hal-hal yang membuat orang
bungkem dan merasa cukup terhadap fikiran-fikiran yang merusak dan
berbahaya, dan menarik secara halus agar para mahasiswa yang Belajar
dengan Orientalis dan yang belajar di negara-negara tersebut (Barat)
bergabung dengan mereka (Orientalis) dalam merusak dan mencari-cari
kejelekan Islam, tanpa mereka sadari. Bahkan ada Universitas Orientalis
yang mensyaratkan adanya kemampuan mahasiswanya untuk menjelaskan
kejelekan Islam bila mereka hendak mendapat degree kesarjanaan.
Adapun
tulisan-tulisan para Orientalis yang berkenaan dengan Risalah
Islamiyah, Rasul-rasul lain-lain, tegas-tegas membongkar rahasia
kebenciannya yang terpendam terhadap Islam.
Salah satu contoh dapat kita kemukakan di sini, yaitu "apa" yang ditulis oleh salah seorang Orientalis yang bernama Gold Tziher
(Buku-buku karangan Gold Tziher nii di zaman Belanda dijadikan
standard pengetahuan agama di Fakultas-fakultas Hukum). Untuk
mengetahui maksud jahat mereka dan peranannya dalam menindas Islam dan
menggerogoti da'wah Islamiyah dengan menggunakan ILMU sebagai alat
dalam mencapai tujuannya.
Orientalis
tersebut mengatakan dalam buku yang dikarang oleh Gold Tziher, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr. M. Yusuf Musa dkk, berjudul
AL AQIDAH WAS SYARI'AH FIL ISLAM, halaman 15, berbunyi:
"...
Maka pemberitaan-pemberitaan kegembiraan oleh Nabi Arab itu bukanlah
suatu yang baru, melainkan hanya merupakan kutipan-kutipan yang
diambilnya dari pengetahuan-pengetahuan dan pokok-pokok fikiran
agama-agama yang diketahuinya atau diperolehnya akibat hubungannya
dengan tokoh-tokoh Yahudi atau Kristen dan lain-lain. Hal itulah yang
berbekas dan berpengaruh pada Muhammad secara mendalam, yang menurut dia
(Muhammad) pantas sekali untuk membangunkan jiwa dan perasaan
keagamaan yang sejati di kalangan anggota-anggota kaumnya."
Ini
adalah perkataan yang berbisa, yang diulang-ulang oleh para
Orientalist yang terang-terang benci/sentimen, seperti: da'wah yang
pernah dilancarkan oleh kaum Musyrikin sejak 14 abad yang lalu, yang
langsung dibalas oleh Allah SWT, sehingga Allah membongkar rahasia,
akal dan perbuatan jahat mereka, dalam surat Al Fufqan ayat 4-6:
"Orang-orang
Kafir itu berkata, "Ini tidak lain dari kata-kata dongeng yang
diadakan oleh Muhammad dan ditolong oleh kaum lain; dengan perkataannya
itu mereka sudah mengerjakan keaniayaan dan dosa besar."
Orang
Kafir itu berkata lagi, "Adalah dongeng orang-orang dahulu kala yang
dikutipnya; dan itulah yang didiktekan kepadanya pagi dan sore
(terus-menerus).
Katakanlah
(hai Muhammad), Ajaran ini diturunkan oleh Yang Maha Tahu rahasia
langit dan bumi, dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al Furqan
4-6).
Kemudian Allah membantah dan mematahkan alasan-alasan musyrik tersebut dengan firman-Nya:
"Jika
kamu ragu pada apa yang Kami turunkan pada hamba-Ku, maka datangkanlah
satu surat yang serupa Qur'an itu, panggil saksi-saksimu yang selain
Allah, jika kamu benar, andaikata kamu tidak sanggup membuatnya, dan
pasti kamu tak akan sanggup berbuat itu, maka takutlah kamu pada api
neraka yang sebagai kayu bakarnya ialah manusia dan batu yang disediakan
untuk orang-orang kafir." (al Baqarah 23).
Gold
Tziher dan konco-konconya di kalangan Orientalis adalah musuh Islam,
melakukan pemurtadan seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik
Quraisy dahulu kala yang bersikap menentang dan angkuh. Sedangkan orang
musryik Quraisy masih adil (sopan) dalam pembangkangannya, dan akhirnya
mereka itu masuk ke dalam agama Islam dan ikut berjihad pada jalan
Allah, dan pahlawan-pahlawan perang menghadapi musuh-musuh Islam.
Adapun
Orientalis selalu saja menyerang Islam, menggerogoti da'wah dengan
membikin keragu-raguan di dalam pemaham-an Al Qur'an. Menimbulkan waham
(pendangkalan faham) dengan memutarbalikkan fakta, dengan membuat
hadis-hadis palsu atau mengatakan sendiri bahwa Rasul sendiri pernah
melampaui ketentuan wahyu karena menasakhkan (membatalkan) wahyu yang
pernah turun dengan perintah Allah. Bbegitulah dakwaan Orientalis
tersebut, sebagaimana bisa dilihat pada buku berjudul Aqidah was
Syari'ah fil Islam karangan Gold Thiher halaman 41.
Jelaslah
kebencian Orientalis ini, bahkan kebencian itu sudah mempengaruhi
otaknya, karena akalnya yang sehat sudah dipengaruhi oleh hatinya yang
benci, di mana dia mengakui bahwa Muhammad itu Rasulullah, yang merubah
Risalah Tuhan-nya atas perintah Tuhan karena situasi yang memaksa.
Apakah ini masuk di akal?
Siapakah
Rasul yang membawa Risalah yang berani mendustakan Allah, dan tetap
sebagai Rasul? Tidakkah perkataan Orientalis tersebut suatu kebencian
yang merusak akalnya sendiri dan memutar-balikkan fakta?
Tidakkah
pernah orang yang benci itu membaca ayat Allah yang menangkis tuduhan
bohong orang musyrik, yang mengatakan bahwa Muhammad mengada-adakan
kebohong-hohongan? Yaitu surat Al-Haqqah ayat 44-47:
"Kalau
dia (Muhammad) berkata kepada Kami perkataan-perkataan yang lain,
niscaya akan Kami tarik dia dengan kekuatan dan kemudian akan Kami
putuskan hubungan yang kuat itu dengannya, maka tidak akan ada seorang
pun yang mampu menghalanginya (membelanya)."
Permusuhan
Orientalis terhadap Islam sudah nyata sekali, baik melalui perkataan
(lisan), tulisan-tulisan yang beracun, maupun yang tersembunyi di dalam
hatinya.
Ummat
Islam harus bersikap hati-hati dan berusaha membongkar kepalsuan,
tipudaya kaum Orientalis yang berselubung di balik semboyan "kebijaksanaan atau logika"
dan ummat Islam wajib kerja keras melaksanakan Risalah Islamiyah
sampai meresap ke dalam akal fikiran dan perasaan dan dapat diwujudkan
dalam kenyataan hidup.
Kita
membaca tulisan-tulisan Orientalis mengenai Islam, kalau topiknya
betul, dia masukkan kata-kata tuduhan di sana-sini, maka berbuatlah dia
ibarat pembunuh yang menyerang orang yang lengah.
Betapa
banyak para ilmuwan Islam yang tertipu oleh Orientalis ini, dan
mentah-mentah mengambil keterangan, sebagai hukum positif tanpa kritik,
bahkan ikut serta bergabung dengan Orientalis tersebut dalam memerangi
Islam, penggerogotan Da'wah, penyesatan, dan menganggap itulah teori
atau program yang terbaik. Na'uzubillah min zalik.
Para
Orientalis pada umumnya mempelajari Islam, dengan niat untuk
menghimpun tuduhan terhadap Islam dengan kedok, selubung ilmiyah,
penelitian dan survey tentang hakekat Islam, akan tetapi kefanatikannya
mengalahkannya dari mengatakan kalimat haq.
Maka
untuk menghindari dirinya dari Taa'sub (fanatik), kita harus berusaha
menjadikan mereka Sarjana yang murni, yang bersih dan tak palsu dan
tidak zalim.
Kaum
Orientalis dan pengikut-pengikutnya memang berusaha menghimpun
sifat-sifat positif dan negatif, tapi dalam penghimpunan itu mereka tak
mungkin lupa menyisipkan komentar-komentar yang menyesatkan. Dari itu
kita harus membaca karangan-karangan Orientalis dan lantas kita koreksi
dengan berhati-hati sebab mereka tak mungkin bersih dari pengaruh
sentimen nafsu pertentangan yang telah mereka warisi sejak zaman Perang
Salib, dan tak mungkin lepas dari usaha keras mereka memerangi Islam,
menggerogoti Da'wah kebenaran (membuktikan yang haq dan melenyapkan
kebatilan).
Islam
selalu menghadapi musuh-musuh yang senantiasa menunggu kesempatan di
segala pihak, dan kaum Muslimin pun selalu menghadapi musuh-musuhnya
yaitu Orientalis, pewaris kaum salib yang memaksa ummat Islam agar
selalu sadar dan siaga. Para Da'i (juru Da'wah) wajib dilengkapi dengan
segala perlengkapan ilmu yang luas, mendalami serta mengetahui apa yang
ada pada musuh, supaya mereka dapat membela agama dari tipu daya musuh
dan membatalkan perbuatan jahat musuhnya. Allah selalu melindunginya.
Berikut
ini dikemukakan pembahasan sekitar usaha dan cara kaum Orientalis
dalam memerangi Islam, memerangi ummat Islam dan memalingkan mereka
dari agamanya. Tapi Allah tetap menangkis tipu daya mereka dan menjaga
agama yang diridhoi-Nya.
CARA ORIENTALISME MENGGEROGOTI DA'WAH ISLAM
1. Kristenisasi
Tak
diragukan lagi oleh ummat Islam, bahwa Perang Salib belum berakhir,
sejak Eropa keluar dari keterbelakangannya di zaman pertengahan mereka
menuju ke timur dan menjadikannya daerah-daerah jajahan.
Penjajah bermaksud menguasai negeri dan rakyatnya, kemudian menghancurkan Aqidah yang sudah bersemi di hati ummat Islam.
Melalui
Orientalisme, penjajah menanamkan perasaan bahwa Islam berbahaya bagi
programnya. Program yang digariskannya dengan tujuan hendak mematikan
nilai kemanusiaan di negeri jajahan, supaya lenyap perasaan kemanusiaan
di sana, sehingga tidak akan timbul bibit-bibit perlawanan menghadapi
penjajah yang sudah memonopoli negeri itu, dan program yang bertujuan
mematahkan hal-hal yang peka pada jiwa ummat Islam yaitu faham
Wahdaniyah yang tidak mau tunduk pada selain Allah.
Justru
karena itulah penjajah menebarkan hal-hal yang menyerang Islam secara
rahasia melalui Orientalis, terbukti dengan mobilisasi tentara di bawah
pimpinan Orientalis, mendrop para propagandis ke negeri-negeri Islam
dan melindunginya dengan tentara-tentara penjajah, mengatur posisinya
dan propagandanya di kota-kota dan kampung-kampung, membantu mereka
dengan uang, atau mendirikan rumah sakit, rumah jompo dan
sekolah-sekolah; sebagai alat jaringan penyesatan. Mereka bersembunyi
di balik kedok demi melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan
kebodohan, dengan kedok yang.bernama Al Masih.
Di
samping sasarannya yang lain, ialah membasmi bahasa Arab dan
mencabutnya dari ummat Islam, bahasa Al Qur'an konstitusi Agama. Dalam
mencapai tujuannya, penjajah membujuk orang-orang yang ahli bahasa
Barat, lantas diberi jabatan dan posisi penting, untuk mendorong
semangat ummat Islam berlomba-lomba mempelajari bahasa penjajah, yang
sekaligus orang-orang yang sudah asyik dengan bahasa asing (penjajah)
itu terlengah, atau segan-segan mempelajari bahasa Arab, dengan
pengertian bahwa mempelajari bahasa Barat (Inggris, Perancis, Jerman,
Belanda, Rusia dan lain-lain) tidak mempengaruhi aqidah agamanya. Karena
itulah hampir semua negeri-negeri Islam yang berbahasa Arab pun
menggunakan bahasa asing, mereka hanya tahu bahasa Arab di waktu Shalat.
Seperti umumnya di negeri-negeri Afrika Utara. Syukurlah sepeninggal
penjajah, negeri-negeri ini bekerja keras mengembalikan bahasa Arab,
sesudah berpengaruhnya Westernisasi di sana.
Para
propagandis Kristen di negara-negara Islam sukses sekali, apalagi
setelah merosotnya bahasa Arab, sebagai bahasa yang menjadi pendorong
keinginan beragama di kalangan ummat. Pemerintahnya melepaskan pegangan
ummat dari agama, adab dan akhlaq Islam.
Sebenarnya
Orientalis dan penjajah lupa pada rahasia kegagalannya untuk membawa
orang Islam melepaskan agamanya, yaitu bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan naluri dan fitrah manusia sendiri, betapapun besar
biaya dan usaha mereka namun hal demikian tidaklah bisa menjadikan
mereka berjaya karena Islam itu agama Fitrah yang sangat seuai dengan
kejadian manusia.
Ini
pulalah rahasia masuknya Islam ke negara-negara lain dan langsung
bersemi di hati dan akal penduduknya. Islam tersebar tanpa penyerbuan
tentara dan pengiriman propagandis-propagandis yang banyak, tapi
sebenarnya Islam tersebar di seluruh dunia hanya dengan inti ajarannya
yang tersebar melalui pedagang yang bukan tujuannya berda'wah, tetapi
meluas melalui gerakan menyeluruh. Penyiaran Islam di Asia, Afrika,
Eropa dan Amerika dimasuki Islam tak pernah dilakukan dengan kekuatan
senjata ataupun propaganda besar-besaran, tetapi hanya dengan cara
menyadarkan dan menghayati fitrah.
Taktik musuh Islam
Cara-cara
propagandis (sesudah perang Salib) menguasai negara Islam, dan setelah
gagal mencapai maksudnya, maka mereka merubah taktiknya dengan
menggerogoti da'wah dengan memasukkan khurafat, bid'ah, tahayul,
cerita-cerita dongeng Israiliyah/Kebatilan ke dalam ajajan Islam
khususnya, menebarkan faham atheisme di Eropa, Amerika. Dengan
terbongkarnya rahasia Kristen bahwa agama ini tak dapat diterima akal
dan tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan, yaitu Trinitasnya, Kristen
khawatir kalau Islam menjalar ke Eropa dan Amerika, justru karena itulah
mereka melakukan offensif, merongrong da'wah dan melemahkan kekuatan
agama Islam dari jiwa ummat Islam, dan melemahkan semangat yang
mendorong kaum Muslimin dalam menghadapi penjajah, yang akhirnya
terbuktilah peranan Orientalisme sebagai alat dari salibiyah dan
penjajah. Tapi Allah selalu melindungi Agama-Nya.
Membenamkan ummat Islam ke dalam aliran-atiran fikiran yang menyesatkan
Di
antara cara menggerogoti da'wah Islam ialah membenamkan ummat Islam ke
dalam aliran-aliran yang menyesatkan; terutama Generasi Mudanya dengan
memalingkan mereka dari agama.
a. Materialisme
Zaman
modern telah diracuni dengan meniupkan faham kebendaan ke dalam otak
dan pribadi masyarakat, dengan faham yang mengingkari nilai kemanusiaan,
rasa kasih sayang penyantun terhadap keluarga, kerabat dan masyarakat
semuanya.
Yang
paling berbahaya di dalam aliran materialisme ialah besarnya nafsu
manusia, nafsu masuk selalu di bagian-bagian yang lemah, sehingga
manusia itu selalu cenderung pada hal-hal yang cepat untuk mendapatkan
kecintaan dan kesuksesannya, seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam
surat al Qiyamah ayat 20-21 dan surat Al Insan ayat 27, yang artinya:
"Ingat! bahkan kamu suka yang segera dan kamu tinggalkan akhirat." (al Qiyamah ayat 20-21).
"Sesungguhnya
mereka itu mencintai yang segera, dan meninggalkan di belakangnya hari
yang berat pertanggungan jawabnya (siksanya)." (al Insan ayat 27).
Kecenderungan
nafsu ini dimanfaatkan oleh musuh Islam, untuk memojokkan pemuda dan
pemudi melakukan penggerogotan da'wah Islam dengan mengutip sebagian
kata-kata akhli tasauf yang mengatakan dirinya Islam, di mana kaum
tasauf yang ingin memencilkan dirinya dari kesenangan dunia, yang
menurut anggapan mereka adalah bukti dari mengikut agama yang
sebenarnya. Semua ini adalah propaganda batil. Tapi Orientalis mengambil
manfaat dari hal tersebut, untuk merusak Generasi Muda Islam dengan
faham materialis, agar mereka bingung dan ragu.
Materialisme,
mengingkari agama yang menyeru kepada iman, iman pada metafisika
(ghaib) yaitu iman pada Allah, malaikat, akhirat, hisab, surga, neraka
dan semua yang terjadi di dalam rasa menjadi pegangan ratio bagi aliran
kebendaan di dalam mehghukum sesuatu, untuk menerima atau menolak,
artinya aliran kebendaan menyarankan ummat manusia ke dalam hawa nafsu
dan mencintai dunia serta meninggalkan agama yang benar.
Karena
itu para juru da'wah/ummat Islam harus menangkis propaganda yang
menyesatkan ini dan menjelaskan kepada Angkatan Muda khususnya bahwa
Islam bukan saja menyeru kepada kebahagiaan di akhirat, dan tidak pernah
mengharamkan segala yang baik waktu hidup di dunia, bahkan Islam
menghendaki supaya mereka harus kuat dan sehat agar beramal di semua
lapangan kehidupan, dan memanfaatkan segala sesuatu yang baik dari hasil
usaha mereka itu. (Lihat surat Al-Baqarah ayat 172, Al-Maidah ayat 87, Al-A'raf ayat 32, dan An-Nahl ayat 97).
Artinya: "Wahai
orang-orang beriman! Makanlah olehmu rezki-rezki yang baik yang telah
kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya
mengabdi kepada-Nya semata!" (Al-Baqarah ayat 172).
Artinya:
"Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu haramkan segala yang baik
yang telah dihalalkan oleh Allah untuk kamu, dan janganlah kamu melewati
batas, sesungguhnya Allah tidak suka pada orang-orang yang melewati
batas." (Al-Maidah ayat 87).
Artinya:
"Katakanlah! Siapa yang berani haramkan perhiasan yang telah
didatangkan Allah untuk hamba-hamba-Nya, dan jangan mengharamkan yang
baik-baik dari rezki; katakanlah semua itu adalah untuk orang-orang
beriman guna kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat yang murni,
begitulah Allah (Kami) menjelaskan ayat-ayat kepada orang-orang yang
mengerti." (Al-A'raf ayat 32).
Artinya:
"Siapa-siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun wanita dan dia
beriman, maka akan Kami berikan padanya kehidupan yang layak, dan akan
kami cukupkan pahalanya dengan yang lebih baik dan yang sudah ia
kerjakan." (An-Nahl ayat 97).
Yang
menegaskan: Agar orang-orang yang beriman menikmati yang halal dan
yang baik, dan jangan mencoba-coba mengharamkan yang dihalalkan Allah,
dan jangan melanggar batas ketentuan (Syari'at).
Semuanya
itu untuk menjamin keselamatan manusia sendiri serta untuk
melindunginya dari bahaya kehancuran atau menurun ke derajat alam
binatang (yaitu apabila ia sudah melanggar batas-batas tersebut).
Kehancuran dan turun ke derajat hewan inilah yang diinginkan dan dituju
oleh aliran materialisme.
b. Wujudiyah = Existentialism
Yaitu
aliran kebebasan yang melepaskan dirinya dari semua ikatan
kemasyarakatan, hukum, peraturan serta adat-istiadat, dan mengakui semua
agama, tak punya tempat, tidak mempunyai isteri dan atau tanah air.
Sebenarnya aliran ini adalah lanjutan dari aliran fikiran yang
ditimbulkan oleh materialisme modern, yaitu memisahkan manusia dari
aliran rohaninya dan menjadikannya menurun ke alam hewan semata, yang
tak berperikemanusiaan dan tidak berperasaan.
PAUL SARTRE, tokoh aliran Wujudiyah (Existentialism) ini menyatakan: "Yang
pantas dilaksanakan dalam kehidupan kebebasan ialah menjadikan
orang-orang pengecut menjadi berani, menerima ajakan kebinatangan,
melakukan keinginan nafsu, membuang semua tradisi ajaran-ajaran
kemasyarakatan dan menghancurkan segala ikatan yang dibuat oleh
agama-agama." (Dari buku karya William James yang diterjemahkan oleh Dr Mahmud Hasbullah dengan judul Iradah al I'tiqad halaman 21).
Aliran
Wujudiyah merusak tabiat manusia, akal, hati dan jiwa serta
menjerumuskan kepada hewan yang tidak berotak, tidak berhati dan tidak
berjiwa (tak berperasaan).
Aliran
ini sudah tersebar luas di berbagai tempat di Eropa dan Amerika
sebagai akibat dari kemerosotan Kristen di negeri-negeri tersebut.
Kemudian Yahudi menggunakan kesempatan ini untuk memperluas kegagalan
dan kemerosotan masyarakat Eropa dan Amerika, yang kemudian diekspor
(diluaskan) ke negeri-negeri Islam, melalui Pemuda-pemuda Islam yang
belajar di Barat.
Faham
ini ditanamkan pada pemuda-pemuda Islam, itu sebagai pengertian yang
bermaksud untuk pendangkalan, yang dianggap sebagai gerakan kebebasan.
Demikianlah peranan besar yang dilakukan oleh Orientalisme, untuk
menyesatkan Pemuda-pemuda Islam dengan semboyan "Gerakan pembebasan
yaitu bebas dari Agama, akal dan perikemanusiaan supaya mereka menjadi
hewan yang lebih sesat, tidak khawatir lagi pada bahaya-bahaya
kolonialis, dan Orientalis untuk memerangi Islam dan penggerogotan
da'wahnya."
Karena
itu kita ummat Islam harus waspada terhadap propaganda yang berbahaya
ini, supaya tidak terpengaruh oleh musuh-musuh tersebut.
c. Sekularisme
Di
antara cara Orientalis untuk merusak da'wah Islam, ialah dengan
penyebaran faham-fahamnya, kepada para ilmuwan Islam, agar mereka
memisahkan antara ilmu dengan agama (yang disebut Sekularisme), yaitu
propaganda palsu dan sesat yang bertopengkan intelektualisme.
Sebenarnya,
Sekularisme adalah apa yang dipropagandakan oleh Orientalisme untuk
merusak Da'wah Islam. Mereka membiayai dan memperlengkapi dengan segala
fasilitas agar ilmu dapat terpisah dari agama. Gerakan ini mulai
bangkit di Eropa setelah terjadinya persaingan antara Ilmuwan dengan
pemuka-pemuka Gereja yang berkuasa di zaman Pertengahan dan menguasai
otak orang-orang Eropa, yang tidak menerima fikiran atau pendapat di
luar yang bersumber pada Gereja / Kristen. Di waktu itu kekuasaan Gereja
mempunyai hak pengampunan terhadap orang-orang yang bersalah dan
berdosa besar, begitu juga punya hak mengutuk dan mengusir sebagai
mewakili Tuhan dan lain sebagainya.
Persengketaan
ini berakhir dengan berpisahnya antara ilmu pengetahuan dengan Gereja
dan masing-masing punya tokoh utama. Para ahli pengetahuan boleh
berkata sesukanya tanpa protes dari pihak Gereja dan sebaliknya pihak
Gereja punya hak mengatakan apa yang mereka sukai dalam urusan
agamanya.
Ketika
terjadi persaingan antara ilmu dan agama Kristen akibat dari perbuatan
pihak Gereja yang menjalankan apa-apa yang diprotes oleh aliran ilmu
maka Agama (Kristen) harus memisahkan diri dari urusan dunia, dan
urusannya diganti/diambilalih oleh aliran ilmu tanpa agama. Berbeda
dengan Islam, Islam selamanya tidak memisahkan dan tidak
mempertentangkan ilmu dengan agama sebab ilmu adalah alat untuk
memperkuat agama, dan agama itu sendiri pun adalah ilmu, dan ilmu adalah
pembimbing kepada Agama. Di dalam Al-Qur'an, kata-kata "ilmu" dan yang
berhubungan dengan ilmu punya hubungan/peranan penting sekali, yang
lebih dari 820 kali disebutkan.
Pengembangan
ilmu adalah sebagian dari risalah Islam, dengan ilmu manusia bisa
mengenal Tuhannya, mengamalkan Syari'at Islam, dan Islam mewajibkan
menuntut ilmu, lihat surat Az-Zumar ayat 9, Al-Mujadalah ayat 11, dan Thaha ayat 114.
"Katakanlah
(ya Muhammad)! Apakah sama orang berilmu dengan yang tidak berilmu?
Hanya yang bisa menganalisa ialah ahli-ahli fikir." (Az-Zumar ayat 9).
"Allah meninggikan derajat orang-orang berilmu dan yang diberi ilmu." (Al-Mujaadalah ayat 11).
"Katakanlah, ya Muhammad: O, Tuhan! Tambahlah aku dengan ilmu." (Thaha ayat 114).
Adapun
sekularisme yang dilahirkan oleh Orientalis, membawa pada pemisahan
ilmu dengan agama, hal ini tidak ada dalam Islam dan tidak pantas ada
dalam masyarakat Islam, karena Islam menghimpun ilmu dan pengetahuan.
Siapa yang menerima sekularisme berarti tidak akan tahu hakekat Islam dan tidaklah sempurna Islam seseorang tanpa ilmu!
Kita
harus membendung pemuda-pemuda terpelajar dari taktik buta sekularisme
yang menyesatkan, siapa yang tenggelam dalam aliran pemikiran yang
dibawa Orientalis, berarti akan mengkaramkan ummat Islam sendiri, sebab
hal demikian akan merusak aqidah dan menjauhkan mereka dari agama yang
membawa kesentausaan mereka (Islam). Allah-lah yang punya kemuliaan,
kekuasaan yang menentukan, begitu Rasul-Nya dan orang beriman.
3. Menghancurkan/Membasmi Bahasa Arab
Di
antara cara Orientalisme menghancurkan Islam ialah dengan membasmi
bahasa Arab, bahasa Al Qur'an. Ini dilakukan oleh Orientalis setelah
mereka gagal merusak Al Qur'an secara langsung.
Orientalis
menanamkan faham kepada pelajar-pelajar, mahasiswa-mahasiswa Islam di
Barat dengan menyatakan bahwa "Bahasa Arab tidak perlu untuk
perkembangan dan pembahasan." Maksudnya ialah untuk melemahkan bahasa
Arab itu sendiri agar Ummat meniriggalkan bahasa Arab dan terputuslah
hubungan sesama ummat Islam dan antara Muslim dengan Allah dan Sunnah
Nabi.
Orientalis
menuduh bahwa "bahasa Arab mempunyai kekurangan-kekurangan,
kelemahan-kelemahan, tidak mampu menanggulangi ilmu-ilmu modern.
Keterbelakangan ummat Islam tersebab kekurangan-kekurangan yang ada
dalam bahasa Arab. Bahasa Arab tak mampu menampung buah fikiran atau
teori-teori Barat. Karena itu para pemakai bahasa Arab harus memakai
atau mengalihkan perhatian kepada bahasa asing, dan mendalami bahasa
asing yang digunakan di zaman modern ini."
Tuduhan
ini adalah palsu, dan bathil, sebab bahasa Arab adalah bahasa yang
sangat luas dan bisa melahirkan bahasa/kata-kata baru. Buktinya, sesudah
Islam meluas ke tetangga Arab, bahasa Arab bisa menerima bahasa Rumawi
dan bahasa Parsi, yang dijadikan bahasa Arab, baik untuk mufradaat
maupun Tarkib (susunan kata) sesudah itu meluas ke peradaban Yunani, dan
Rumawi kuno. Dengan bahasa Arab bisa diterjemahkan fikiran-fikiran dan
falsafat failasufnya, dari hasil usaha (ilmu) dan bahasa Arab inilah
Eropa mulai dikeluarkan dari kegelapannya di zaman Pertengahan dan masuk
ke abad modern yang mereka banggakan. Tidak logis, kalau bahasa Arab
lemah seperti dituduhkan oleh para Orientalis di atas.
Orientalis
menanamkan perasaan pada pelajar-pelajar/mahasiswa-mahasiswa Islam,
agar mereka menulis atau mengarang harus dengan huruf/bahasa Latin/asing
dari Arab, sebab bahasa Arab sulit menulis dengan mesin, sulit
mencetaknya dan lambat dan bermagam-macam bentuknya. Sedangkan menulis
huruf dengan Latin lebih praktis dan tidak sulit.
Inilah
propaganda keji, yang memutuskan antara Generasi sekarang dengan
generasi sebelumnya, dan kalau dibiarkan begitu, maka bahasa Arab akan
ditulis dengan bahasa Latin, padahal dalam bahasa Latin tak ada huruf:
yang
tidak mudah mengucapkannya dengan huruf Latin. Berarti bahwa
propaganda untuk menulis bahasa Arab dengan huruf Latin adalah untuk
melemahkan bahasa Arab, bahasa Al Qur'an dan untuk menghancurkan Islam.
Di
samping itu, Orientalisme membesar-besarkan propaganda untuk
menggunakan bahasa Arab 'Ammi (bahasa pasar/harian) sebagai ganti dari
bahasa fushhah (bahasa resmi) yang tidak dipakai dalam masyarakat awam,
ini akan memisahkan (gap) antara orang awam (biasa) dengan orang
terpelajar.
Padahal
bahasa fushhah, adalah bahasa Qur'an dan Hadist, untuk memberikan
pemahaman pada semua kalangan, tetapi kalau dipojokkan untuk kalangan
pelajar dan cendekiawan Arab saja akan tertinggallah orang-orang awam
dari memahami Islam, mereka tak akan mampu melaksanakan, mengamalkan
perintah atau meninggalkan larangan, dan tidak tahu alasan-alasannya,
tidak mengerti kisah-kisah dari Al Qur'an atau pelajaran-pelajaran Islam
secara umum.
Sebaliknya
bahasa 'Ammi hanya difahami oleh kalangan terbatas, dan tiap-tiap
negara Islam (Arab) berbeda-beda pula bahasa 'Ammi-nya. Taklah asing,
kalau bahasa 'Ammi di satu tempat (antara Mesir dengan Libya, atau Saudi
dengan Marokko dan lain sebagainya), berbeda dan bertentangan satu
sama lain, yang tidak dapat difahami satu sama lain, sebagaimana
perbedaan bahasa Inggris awam di Amerika dan Inggris dan lain
sebagainya. Ini tidak lain adalah cara Orientalis memecah belah orang
Islam dan menghancurkan Islam.
Begitu
pula, Orientalis mendorong/menyuruh para pelajar Arab/Islam yang
belajar kepada mereka agar meninggalkan bahasa Arab, dan hanya
dibolehkan menggunakan bahasa Eropa (Barat) saja dengan alasannya yaitu
mudah mempelajarinya, aman serta terhindar dari kesalahan. Ini sudah
diperingatkan Allah dalam Al Qur'an surat Yusuf ayat 21:
Artinya: "Allah menurunkan Malaikat membawa Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang tegas, agar kamu memahaminya." (Yusuf ayat 21).
USAHA PROPAGANDA
Untuk
mencapai maksudnya yaitu memalingkan kaum Muslimin dari agamanya, dan
melemahkannya hingga mereka tak mampu melawan serangan musuh dan
penggerogotan da'wah, kaum Orientalis menggunakan berbagai cara lain
dengan memperalat segala kemungkinan yang dipakai oleh ummat Islam
sendiri.
1. Propaganda penyesatan dengan memakai nama Islam
Orientalis menggunakan aliran-aliran Tasauf dan aliran Kepercayaan/Kebatinan Bahaiy dan Qodyaniyah.
a. Aliran Tasauf
Kepercayaan
ini mendawahkan bahwa mereka ingin menempuh jalan untuk sampai pada
Allah, tapi tidak dengan menempuh jalan yang diatur oleh Allah dalam
Al-Qur'an dan oleh Nabi dalam Sunnah; mereka membuat cara sendiri, yang
tidak diizinkan Allah, dan membuat ketentuan/undang-undang Suluk, yang
melakukan zuhud (memencilkan diri dari keduniaan), latihan jiwa
mengharamkan yang halal, dan membunuh nafsu. Mereka mengambil
ajaran-ajaran agama, atau aliran-aliran lain, yang mereka rasakan dan
kira-kira belum terdapat dalam agama Islam dan tentu Syaitan
menggiringnya pada khayalan-khayalan yang tak ada hakekatnya, sehingga
mereka membenamkan diri ke dalam ikatan-ikatan Wihdatul Wujud, serta
tidak mengakui Syari'at, menyama-ratakan antara Iman dan Kafir serta
menyamakan antara ta'at dan durhaka dan da'waan penyaksiannya pada Tuhan
bagi segala yang ada.
Lihat kitab karangan Ibnu Arraby, salah seorang aktivis yang aktif mengupas. tentang kaum tasauf (Wihdatul Wujud) yang sesat.
b. Bahaiy
Bahaiy
lahir di Iran pada abad ke-19, yang mengambil inspirasi dari ajaran
Syiah, disebarkan dan dikembangkan oleh Syirazy (keturunan Yahudi yang
mengaku beragama Islam) yang bergelar BABA, tak berapa lama sesudah Imam
ke-12 Muhammad bin Hasan al Ashary yang kelahirannya dinanti-nantikan
oleh sekte "Syiah Imam 12".
Kemudian
kebohongan ini terbukti dengan kehobongan Al Baba (Syirazy) di
kalangan Syi'ah, yang menyatakan bahwa imam yang sudah hilang, akan
muncul di Tebriz (Iran) (Adzarbijan.)
Kaum
Syi'ah meyakini, bahwa imam ini akan timbul/bangkit di Timur Iran, di
suatu gunung yang bemama "Kouh Khada", artinya "Gunung Allah". Kemudian
Al Baba ditangkap dan dihukum mati, dan sebelum dihukum mati
diumumkan, bahwa Imam yang dimaksudnya ialah muridnya "Hasan Sabah
Azal" yang bergelar "Baha'ullah" dan dinamakanlah alirannya Al-Baha'iy
karena dihubungkan dengan Baha'ullah ini, yang lari dari Iran.
Baha'ullah menda'wakan dirinya Nabi, yang diutus membawa agama baru,
pembaharu Islam, dan kepadanya diturunkan kitab. Selama hidupnya ia
giat menyiarkan ajaran Bahaiy ini. Dia dikuburkan di Palestina yang
diduduki Israel.
Propaganda
Aliran Bahaiy serupa dengan Komunisme, yaitu melepaskan diri dari
ikatan dan ajaran agama, dengan kedok "kedamaian dan anti perang",
memberikan kebebasan pada wanita sesuka hatinya, menjadikan tahunan jadi
19 bulan. Jadi hakekat ajaran ini benar-benar menyeleweng dari Islam
dan merusak agama Islam.
Propaganda
Bahaiy ini disokong oleh Kolonialis dan Orientalis, demi untuk merusak
dan memalsukan Islam. (Lihat Al-Qodyani dan Al-Qodyaniyah, karangan
Abu Hasan An Nadawy, halaman 19 dan seterusnya).
c. Al-Qadyaaniyah
Yaitu
propaganda penyesatan yang timbul di India, pada akhir abad ke-19,
yang berkedok (memakai) nama Islam, didirikan oleh MIRZA GHULAM AHMAD
dan pusat kegiatannya di India, penganutnya ialah rakyat India juga,
kemudian meluas ke luar negeri dan bermunculan di negara-negara Asia,
Afrika. Inipun disokong oleh Kolonialis dan Orientails.
Gerakan
Qodyaniyah ini timbul di masa udara pemikiran dan politik India
sesudah revolusi menentang penjajahan Inggris pada tahun 1875, yaitu
Revolusi yang menghancurkan ummat Islam. Maka Qodyani mengikuti langkah
politik kolonial. Dengan langkah kebudayaan ini, mereka mendapat
bantuan dari Inggris. Tujuannya adalah menggoncangkan aqidah Islam,
karena Islam-lah sumber yang membangkitkan roh jihad membela agama,
tanah air, harta benda dan jiwa. (Lihat Al-Qodyani karangan Abu Hasan
An Nadawy).
Di
samping itu Kolonialis memperalat aliran-aliran Tasauf dan kebatinan
yang telah menyeleweng untuk menyebar luaskan perbuatan-perbuatan
bid'ah, khurafat. Dalam keadaan orang Islam India putus asa dan grogi,
dan menyerah pada tekanan situasi yang berbahaya, banyak di antara
mereka yang digiring masuk ke dalam aliran Qodyani yang bathil, yang
dipelopori oleh Mirza Ghulam Ahmad di Punjab.
Mirza
Ghulam Ahmad adalah seorang yang diagungkan oleh Inggris, yang di masa
mudanya terkenal dengan penganut aliran Tasauf, dan menyendiri.
Kemudian dia jadi tokoh di kalangan ummat Islam dan mengutip ayat-ayat
Al Qur'an dan sebagiannya yang diselewengkan, yang bagi orang awamdan
tidak hafal Qur'an, sama saja antara Qur'an dengan bahasaArab. Ini
adalah usahanya merusak Qur'an.
Bukan
sekedar itu saja, bahkan dia menda'wakan dirinya sebagai Nabi yang
menerima wahyu, dan dia aktif menyiarkan ajarannya ini untuk maksud
politik yang digariskan oleh Kolonial. Dia menghapuskan Jihad, sebagai
kewajiban umat Islam dia mengancam revolusi Islam menentang penjajah
Inggris di India.
Dalam bukunya TERYAQ QULUB, Mirza Ghulam Ahmad mengatakan: "Saya
menggunakan sebagian besar umurku untuk menyokong pemerintah Inggris,
dan mencegah jihad, wajib taat pada Ulil Amri (Inggris)." Ini ditulis
dalam buku-buku selebaran-selebaran, brosur-brosur yang kalau mungkin
dikumpulkan semuanya telah memenuhi 50 gudang. Buku-buku ini tersebar di
negeri-negeri Arab, Mesir, Syiria, Turki serta Indonesia dan
lain-lain, yang tujuannya agar ummat Islam toleransi dan mengakui
kekuasaan penjajah; dia memuaskan hatinya dengan kisah Al Mahdi dan Al
Masih yang ditunggu datangnya kembali ke bumi, dan menghapuskan
perasaan Jihad dan lain-Iain.
Ini
membuktikan, bahwa Mirza Ghulam Ahmad menggunakan Qodyaniyah sebagai
alat untuk mematahkan cita-cita ummat Islam India, supaya mereka tidak
melakukan perlawanan terhadap Inggris dan menerima kehinaan serta
perbudakan. Artinya, Qodyaniyah adalah produk Kolonial. Inilah rahasia
yang menjadikan Qodyan masih berkembang sesudah matinya Mirza Ghulam
Ahmad tahun 1908, dan pengikut-pengikut Mirza ini aktif menyiarkan
aliran-aliran ini di kalangan ummat Islam dengan giat atas bantuan biaya
dan moril dari musuh-musuh Islam. Qodyan membuka cabang-cabangnya di
Eropa, Asia dan Afrika yang menggunakan nama sebagai da'wah Islam.
Penganut Qodyaniyah bekerjasama menyebarkan faham kolonialisme bersama
Orientalis dan Zionis.
Bahkan mereka sengaja menyerang Islam dengan menggunakan musuh-musuh
Islam sebagai anggota da'wahnya, yang tentu mereka mengarah saja ke
penggerogotan Islam, namun begitu Allah tetap melindungi Islam.
2. Menggunakan Mass Media
Orientalis
selalu bersama Kolonialis dalam menyerang (memerangi Islam). Di
negeri-negeri Islam sendiri, seluruh mass media modem selalu bekerjasama
dengan Orientalis dalam memerangi Islam dan menggerogoti da'wahnya.
Maka ummat Islam menghadapi perang pena, mass media yang membawa
kebinasaan yang disampaikan mereka dalam surat-surat kabar,
majalah-majalah, radio, televisi, film atau theater dan lain-lain.
Bahaya
perang Mass Media (perang pena) ini besar sekali, sebab ia langsung
meresap ke dalam otak dan hati tanpa koreksi, dan tanpa disaring oleh
kebanyakan manusia dan ummat Islam. Fikiran-fikiran berbisa yang
dilontarkan dan meresap ke dalam otak ummat Islam, fikiran-fikiran yang
merusak dan berbisa ini sengaja ditiupkan dan dihembuskan oleh para
orientalis antek kolonialis sebagai taktiknya menyerang Islam.
Mass
media dipergunakan oleh musuh-musuh Islam itu untuk menghancurkan umat
Islam, melalui tulisan-tulisan, gambar-gambar, film-film, fikiran,
buku-buku, sandiwara, pidato-pidato, dan uraian yang berkedok ilmiah.
Ini lebih berbahaya dari serangan fisik langsung oleh militer lengkap
dengan persenjataannya sebab tentara itu mudah dilihat dan diketahui
gerakan dan penyerangannya.
Yang
sangat disayangkan sekali ialah bahwa ummat Islam di semua tempat
tidak menyadari bahaya mass media yang disalah-gunakan ini, dan banyak
pula para Juru Da'wah, Muballigh, menerima saja apa yang disiarkan oleh
Mass Media.
Di
zaman kita sekarang ini, umumnya Mass Media sering menyiarkan bermacam
kefasadan, kemungkaran, kebebasan, atheis. Semuanya disajikan sesuai
dengan apa yang berlaku di Eropah dan Amerika, di mana kebanyakan
masyarakatnya sudah merosot sekali moralnya karena sudah dangkalnya
paham dan pengertian agama mereka dan akibat terbongkarnya rahasia
Kristen yang di dalam ajarannya sekarang banyak sekali kontradiksi
(pertentangan-pertentangan) begitu pula ajaran Yahudi sendiri, semuanya
tak sesuai lagi dengan akal yang sehat dan ilmu pengetahuan.
Sebaliknya,
Islam dan ajarannya selamat dari kontradiksi itu. Islam menyeru kepada
Tauhid, persatuan dan persaudaraan, keadilan, kemajuan dan sesuai
dengan akal dan pengetahuan. Islam menyeru ummat manusia agar berjuang
untuk mempertahankan agama Islam, mempertahankan tanah air, hak, diri,
keluarga, dan lain-lain. Justru karena itulah Kolonialis dan
antek-anteknya MENGUASAI MASS MEDIA untuk MENGELABUI dan
MEMUTAR-BALIKKAN FAKTA.
3. Membesar-besarkan Tradisi Kuno
Membesar-besarkan
adat dan tradisi serta perbuatan-perbuatan masyarakat di masa
Jahiliyah, perbuatan-perbuatan bangsa primitif, yang dida'wakan dan
dihembuskan bahwa hal yang seperti itu seolah-olah adalah ajaran Islam;
ini dilakukan pula oleh para Ilmuwan Islam (munafiq) yang bekerjasama
dengan Orientalis. Akhirnya mereka menuduhkan bahwa orang-orang Islam
itu sama dengan Badui, Kubu, Ortodok, seperti suku terasing dan
primitif, liar, fanatik, dan lain-lain. Syari'at Islam itu (menurut
Orientalis ) hanya sesuai dengan orang-orang primitif dan orang ortodok,
tak sesuai dan tak cocok dengan zaman modern, dan lain sebagainya.
Di
samping itu, Orientalis dan anteknya selalu meniupkan hal-hal dan
bibit perpecahan antara bangsa, pemisahan antara bangsa, pemisahan
antara adat Arab, dan adat suatu bangsa dengan Islam.
(Copas:
Global Muslim )